Facing the Giants
Facing the Giants adalah
sebuah film drama Kristen dari Amerika Serikat tahun 2006. Alex Kendrick adalah sutradara dan sekaligus pemeran utama. Pemeran pendukung meliputi para
sukarelawan dari Sherwood
Baptist Church, dan film ini adalah film kedua yang diproduksi oleh Sherwood Pictures. Syuting film dilakukan di Albany, Georgia. Film ini mengisahkan
petualangan tim sepak bola Amerika pada suatu sekolah menengah atas dari sudut
pandang orang Kristen. Film ini
dirilis dalam bentuk DVD pada awal tahun 2007 dan ditayangkan pertama kalinya
di televisi pada tanggal 21 September 2008 pada Trinity
Broadcasting Network.
Film ini
menceritakan kehidupan seorang pelatih american football di sebuah SMU
kristiani (Shiloh eagles) bernama
Grant Taylor (Alex Kendrick). Selama
6 tahun kepelatihannya, sekolah ini belum pernah memenangi sebuah musim
kompetisi. Bahkan dalam beberapa pertandingan terakhir selalu berakhir dengan
kekalahan. Hal ini menyebabkan pihak sekolah mulai meragukan kemampuannya
melatih dan ingin menggantikan posisinya dengan orang lain. Selain itu, dia ia
mengalami berbagai masalah dalam hidupnya, mulai dari mobil yang sering mogok,
gaji yang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, dia divonis susah
memiliki anak oleh dokter, dan tentunya karir kepelatihannya yang terancam
berakhir.
Di tengah
kebingungan dan ketakutannya menghadapi masalah-masalah nya itu, dia datang
kepada Tuhan. Dia menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Selain itu dia mengubah
semua filosofi tim nya termasuk filosofi hidupnya, yaitu apa yang dilakukan
tidak lagi berfokus pada dirinya sendiri, melainkan 100% berfokus pada Tuhan,
dalam segala hal, dengan apa yang dapat dilakukan, dengan apa yang dimiliki.
Perjalanan spiritual yang terjadi dalam dirinya dan keberanian untuk percaya
dengan Tuhan membuatnya mampu membuat semangat baru di tim nya.
Singkat cerita, berkat visi dan misi serta semangat baru,
tim football yang dipimpin Grant berhasil bangkit di kompetisi dan meraih
kemenangan beruntun. Timnya bahkan di luar dugaan mampu menembus babak play-off
, walaupun pada pertandingan pamungkas tersebut harus menelan kekalahan pahit
dari tim lawan. Ajaibnya, di tengah rasa kecewa yang mendalam akibat kekalahan
di babak play-off, Tim football yang dipimpin Grant tetap bisa mempertahankan
mental mereka. Sebagaimana semboyan mereka, “God, If we win we’ll praise you,
if we lose, we’ll praise you”. Ternyata, keajaiban dari Tuhan terjadi, tim
lawan mereka di babak play-off didiskualifikasi karena memasang pemain di luar
ketentuan umur yang diijinkan. Tim football pimpinan Grant akhirnya diberikan
dinyatakan menang dan berhak masuk ke final tingkat Negara bagian melawan tim
Giant. Pada pertandingan melawan tim Giant, Tim football pimpinan Grant
ternyata menghadapi lawan yang sangat sulit.
Tim Giant merupakan juara bertahan tiga tahun berturut
turut dengan jumlah anggota tim yang 3 kali lipat lebih banyak dan kuat. Pada
saat itu, mental dan keyakinan tim benar benar diuji. Berbekal keyakinan untuk
memberikan yang terbaik, mereka akhirnya dapat bangkit mengejar ketertinggalan
skor dalam pertandingan. Perlahan tapi pasti mereka berhasil mendekati
perolehan skor tim lawan. Sampai akhirnya, pertandingan harus ditentukan pada
tendangan seorang david yang merupakan penendang cadangan dan tidak
berpengalaman di detik-detik terakhir pertandingan. Keajaiban kembali datang,
berbekal keyakinan untuk melakukan hal yang di luar kemampuannya, David ternyata
berhasil menendang bola melewati gawang dan mencetak skor kemenangan untuk
timnya. Akhirnya, untuk pertama kalinya dalam satu dekade, tim football SMA
Siloh berhasil memenangkan kejuaraan. Film ini berakhir bahagia, dimana selain
berhasil membawa timnya juara, Grant juga mendapatkan berkah dari Tuhan yaitu
kehamilan istrinya. Selain itu, ia juga memperoleh kenaikan gaji dan perlahan
tapi pasti keluarga mereka dapat memperoleh kesejahteraan yang lebih baik.
Film ini sangat cocok ditonton oleh seluruh anggota
keluarga, dimana banyak sekali pelajaran berharga tentang Perjuangan hidup,
Kebangkitan setelah mengalami kegagalan dan keterpurukan, Keberanian untk
melakukan sesuatu di luar zona nyaman, dan Keyakinan atas kemampuan diri
sendiri serta kebesaran Tuhan yang mampu melakukan apa saja.Melalui film ini
kita juga dapat belajar bahwa dalam hidup ini, kita harus yakin bahwa kita bisa
melakukan sesuatu jauh lebih baik daripada apa yang sudah kita lakukan saat
ini. Kita harus yakin bahwa Tuhan sudah memberikan kita kemampuan untuk
melakukan hal-hal yang luar biasa. Kita juga harus yakin dan berani untuk
melangkah keluar dari zona nyaman kita dan melakukan hal-hal yang kita
inginkan. Terakhir, pelajaran terpenting dari film ini adalah bagaimana kita
sebagai hamba Tuhan harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan melakukan yang
terbaik untuk kita setelah kita mengerahkan seluruh kemampuan kita atau yang
biasa kita sebut dengan tawakal. Setelah melakukan sesuatu dengan
sebaik-baiknya, maka biarkanlah kuasa Tuhan mewujudkan hal tersebut. Seperti
kata pepatah, “Let us do our best, and God do the rest”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar