- Internalisasi Belajar dan Spesialisasi
Pengertian Pemuda
Secara hukum pemuda
adalah manusia yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu manusia yang
sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan fisik,
dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang
ditandai dengan mimpi basah bagi pria biasanya pada usia 11 – 15 tahun dan
keluarnya darah haid bagi wanita biasanya saat usia 9 – 13 tahun.
Pemuda adalah suatu
generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama
dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan
sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi
sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat,
pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis
sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya.
Pengertian Sosialisasi
Pengertian
sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu yang akan
mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya
menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana
seseorang menghayati (mendarahdagingkan – internalize) norma-norma kelompok di
mana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan
tidak ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.
Internalisasi Belajar dan Sosialisasi
Internalisasi belajar dan Sosialisasi proses
peresapan pengetahuan ke dalam pikiran. Dalam proses ini, pengetahuan eksplisit
(kelihatan, biasanya dalam bentuk simbol dan kode) diubah ke dalam bentuk tasit
(tak kelihatan). Contoh internalisasi adalah membaca buku, cetak maupun
digital. Buku cetak tentu tak perlu dihadirkan dengan teknologi informasi.
Sedangkan buku digital atau elektronik memerlukan teknologi informasi.
Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah proses
pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas sosial atau kesetiaan sosial
adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan saling memberi kearah ang
lebih baik. Kita
sangat mudah melihatnya pembentukan kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga.
Setiap anggota keluarga selalu setia sesamanya. Di dalam kelompok dan
masyarakat juga kesetiaan sosial ini berkembang, sebagai dasar kesatuan dan
persatuan dalam masyarakat. Dengan kata lain kesetianan sosial berkembang mulai
dari kelompok yang sederhan hingga kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga hal yang harus dilakukan agar
tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini yakni, pertama kita harus
saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan
berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling
mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara kita
dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan berbagai
persoalan hidup. Misalnya bergotong royang atau melakukan arisan. Kerja sama
dapat saja dilakukan dalam kelompok kecil(minimal dua orang) atau pun dalam
kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).
Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita,
sikap tolong menolong harus dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita
alami pantas kita minta tolong kepada orang lain atau teman. Begitu pula
sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita
membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan memberi.
Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Pada masa 1990 sampai 2000-an demonstrasi masih
marak di berbagai tempat. Pada masa itu mahasiswa dan pemuda menyebutkan dirinya
sebagai Gerakan Moral. Sedangkan pada mahasiswa yang lain gerakan mahasiswa
menyebutkan dirinya sebagai gerakan Politik.
Mahasiswa menjadi pecah dan terkadang pragmatis.
Tidak menjadi rahasia umum lagi mahasiswa dibayar untuk berdemonstrasi.
Sebelum terlalu jauh meneropong peranan mahasiswa di luar kampus– walaupun klise– sebaiknya kita mesti ingat bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah belajar di sekolah/kampus.
Sebelum terlalu jauh meneropong peranan mahasiswa di luar kampus– walaupun klise– sebaiknya kita mesti ingat bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah belajar di sekolah/kampus.
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat,
kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa
mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang
menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan
mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Bisakah mahasiswa beranjak menuju gerakan pemikiran dan gerakan transformasi?
Mari kita coba dan berjuang!!
Bisakah mahasiswa beranjak menuju gerakan pemikiran dan gerakan transformasi?
Mari kita coba dan berjuang!!
Dasar Pemikiran neoliberalisme “pasar adalah tuan
dan negara adalah pelayan” salah satu contoh yang paling baru mengenai
kekalahan negara/pemerintah terhadap pasar adalah harga minyak yang naik.
Paradigma pasar mengubah cara berpikir dan persepsi masyarakat. Dominasi kapitalisme memutarbalikkan hubungan antara masyarakat (sosial) dan Pasar (ekonomi) (Polanyi, 1957). Pada awal beroperasinya kapitalisme, pasar merupakan bagian dari masyarakat. Operasionaliasi norma-norma pasar berakar dan dibatasi norma sosial, kultural, dan politik. Masyarakat merupakan pemegang kunci dalam hubungan sosial dan ekconomi. Tapi ketika kapitalisme mendominasi, keberadaan pasar telah berbalik 180 derajat, masyarakatlah yang menjadi bagian dari pasar. kehidupan sehari-hari pun direduksi menjadi bisnis dan pasar.
Paradigma pasar mengubah cara berpikir dan persepsi masyarakat. Dominasi kapitalisme memutarbalikkan hubungan antara masyarakat (sosial) dan Pasar (ekonomi) (Polanyi, 1957). Pada awal beroperasinya kapitalisme, pasar merupakan bagian dari masyarakat. Operasionaliasi norma-norma pasar berakar dan dibatasi norma sosial, kultural, dan politik. Masyarakat merupakan pemegang kunci dalam hubungan sosial dan ekconomi. Tapi ketika kapitalisme mendominasi, keberadaan pasar telah berbalik 180 derajat, masyarakatlah yang menjadi bagian dari pasar. kehidupan sehari-hari pun direduksi menjadi bisnis dan pasar.
Dampak langsung yang bisa dirasakan semenjak
kenaikan BBM tahun 2005 antara lain terjadi inflasi, daya beli masyarakat
menurun, kesehatan masyarakat menurun (kekurangan gizi), angka anak putus
sekolah (drop out), angka kematian anak, pengangguran dan kemiskinan meningkat,
sehingga munculnya kerentanan sosial.
Keadaan di atas dapat mengakibatkan kemungkinan
terjadinya generasi yang hilang (the lost generation) ungkapan yang telah
nyaris menjadi klise, jika persoalan anak dan orang muda tidak dapat diatasi
dengan baik khususnya di sektor Gizi dan kesehatan serta pendidikan, maka kita
akan kehilangan sebuah generasi, yang menjadi pertanyaan apakah benar
bahwasanya satu generasi yang akan hilang ? kehilangan generasi mempunyai
implikasi yang luas mereka mungkin tidak akan mampu menyisakan pendapatannya
untuk memperbaiki kesejahteraanya sendiri hingga lingkaran setan pun terjadi
karena Gizi yang rendah, prestasi sekolah yang pas-pasan, kemungkinan anak akan
drop- out dan harus mempertahan kan hidup dan pengangguran. Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi
dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental
instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi
kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos
kerja jadi lemah. Sarana
tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard,
playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi
anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik
perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk
belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan
kegiatan yang lebih positif. Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan
mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta
karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di
kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
Sudah 60 tahun lebih bangsa Indonesia merdeka,
sistem pendidikan telah dibaharui agar mampu menjawab berbagai perubahan
diseputaran kehidupan umat manusia. Tetapi selesai kuliah barisan penganggur
berderet-deret. Para penganggur dan setengah penganggur yang tinggi merupakan
pemborosan-pemborosan sumber daya, mereka menjadi beban keluarga dan
masyarakat, sumber utama kemiskinan yang dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial dan kriminal dan penghambat pembangunan dalam jangka panjang.
- Pemuda dan Identitas
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Rangkaian kebijaksanaan pokok dalam pembangunan di
bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda dalam Repelita II mencakup
sejumlah kegiatan lanjutan, perluasan dan peningkatan berbagai usaha selama
Repelita I. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemecahan keseluruhan masalah
yang mendesak secara lebih mendasar. Masalah-masalah di bidang pendidikan dan
pembinaan generasi muda antara lain menyangkut perluasan dan pemerataan kesempatan
belajar, peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, keserasian (relevansi)
pendi*dikan dengan kebutuhan pembangunan, tepat guna dan hasil guna pengelolaan
sistim pendidikan, peningkatan dan perluasan pendidikan luar sekolah, pembinaan
generasi muda pada umumnya, pembinaan olah raga, serta peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda. Berbagai
masalah tersebut berkaitan satu sama lain sehingga keseluruhan kebijaksanaan
dalam mengatasinya secara lebih mendasar dengan sendirinya merupakan suatu
kebulatan pula.
Langkah-langkah kebijaksanaan yang digariskan dalam
Repelita II telah mengarahkan penyusunan program-program utama untuk mencapai
sasaran-sasaran pokok di bidang pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi
muda melalui pelaksanaan rencana tahunan. Garis-garis kebijaksanaan terse-but
antara lain adalah sebagai berikut:
Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
sebagai pencerminan dari azas keadilan sosial ditujukan terutama pada Sekolah
Dasar, yaitu dengan membangun gedung-gedung SD baru yang dapat menjamin
perluasan daya tampung SD untuk 85% dari seluruh anak umur 7 — 12 tahun yang
pada akhir Repelita II diperkirakan berjumlah 23,0 juta. Sehubungan dengan ini,
perhatian khusus diberikan pula pada penyediaan guru guru SD yang bermutu dalam
jumlah yang memadai sesuai dengan perluasan kesempatan belajar pada SD.
Demikian pula kesempatan belajar pada sekolah
lanjutan pertama bagi lulusan SD akan diperbesar dengan sekaligus
memperhitungkan kenaikan proporsi lulusan SD yang ingin melanjutkan pelajaran
ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkat sekolah lanjutan atas,
khususnya daya tampung Sekolah Pendidikan Guru (SPG) akan ditingkatkan sesuai
dengan kebijaksanaan perluasan pendidikan dasar yang memerlukan guru tambahan.
Dalam pada itu kapasitas Sekolah Teknik Menengah (STM) dan sekolah-sekolah
kejuruan lainnya akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan terhadap tenaga
trampil dan bermutu. Selanjutnya, pada tingkat pendidikan tinggi, perluasan
kesempatan studi akan lebih diarahkan kepada bidang-bidang studi tertentu yang
selama ini relatif belum mencukupi.
Dalam hal ini, kebijaksanaan pemerataan kesempatan
belajar ditunjang pula oleh kebijaksanaan pengadaan berbagai jenis beasiswa di
semua jenis dan tingkat pendidikan, terutama untuk para pelajar dan mahasiswa
yang berbakat atau mampu berprestasi namun keadaan sosial ekonominya relatif
lemah.
2
Pengertian Pokok Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Generasi merupakan generasi penerus perjuangan
bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan nasional, diharapkan mampu
memikul tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kahidupan bangsa dan negara.
Untuk itu generasi muda perlu mendapatkan perhatian khusus dan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani,
rohani maupun sosialnya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, terdapat
generasi muda yang menyandang permasalahan sosial seperti kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat dan narkotika, anak jalanan dan sebagainya baik yang
disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal). Oleh karena itu perlu adanya upaya, program dan kegiatan yang
secara terus menerus melibatkan peran serta semua pihak baik keluarga, lembaga
pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat dan terutama generasi muda itu
sendiri.
Arah kebijakan pembinaan generasi muda dalam
pembangunan nasional menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan
mengembangkan suasana kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan
masa depan, sehingga akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil
guna. Dalam hubungan itu perlu dimantapkan fungsi dan peranan wadah?wadah
kepemudaan seperti KNPI, Pramuka, Karang Taruna, Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS), Organisasi Mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi dan organisasi
fungsional pemuda lainnya. Dalam kebijakan tersebut terlihat bahwa KARANG
TARUNA secara ekslpisit merupakan wadah pembinaan dan pengembangan generasi
muda yang bertujuan untuk mewujudkan generasi muda aktif dalam pembangunan nasional
pada umumnya dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada khususnya. Salah
satu kegiatan Karang Taruna Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja sedang
membuat kerajinan bambu yang diolah menjadi aneka macam alat musik seperti
suling, angklung dan sebagainya.
Masalah-Masalah Generasi Muda
Sebagaimana dikemukakan di atas, generasi muda
dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan
yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini
antara lain sebagai berikut :
1.
Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. Dengan adanya pengangguran dapat
merupakan beban bagi keluarga maupun negara sehingga dapat menimbulkan
permasalahan lainnya.
2.
Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan
mental bangsa.
3. Masih
adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
4.
Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan
perilaku (Deviant behavior).
5.
Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda.
6.
Perkimpoian dibawah umur yang masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat,
terutama di pedesaan.
7. Masih
merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut
akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan
pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya
KARANG TARUNA . Salah satu kegiatan Karang Taruna Kelurahan Hegarsari Kecamatan
Pataruman yang merupakan Karang Taruna berprestasi dalam bidang Perbengkelan
Potensi-Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi
yang ada pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a) Idealisme dan daya kritis
b) Dinamika dan kreatifitas
c) Keberanian mengambil resiko
d) Optimis kegairahan semangat
e) Sikap kemandirian dan disiplin murni
f) Terdidik
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h) Patriotisme dan nasionalisme
i) Sikap kesatria
a) Idealisme dan daya kritis
b) Dinamika dan kreatifitas
c) Keberanian mengambil resiko
d) Optimis kegairahan semangat
e) Sikap kemandirian dan disiplin murni
f) Terdidik
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h) Patriotisme dan nasionalisme
i) Sikap kesatria
Tujuan Pokok Sosialisasi
•
Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi
kehidupan kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
- Perguruan dan Pendidikan
Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Pada
negara-negara yang sedang berkembang ternyata masih banyak mendapat kesulitan
untuk penyelenggaraan pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan.
Sehubungan dengan itu, negara-negara sedang berkembang merasakan selalu
kekurangan tenaga terampil dalam mengisi lowongan-lowongan pekerjaan tertentu
yang meminta tenaga kerja dengan keterampilan khusus. Kekurangan tenaga
terampil itu terasa manakala negara-negara sedang berkembang merencanakan dan
berambisi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka
miliki. Misalnya dalam eksplorasi dan eksploitasi sektor pertambangan, baik
yang berlokasi di darat maupun yang ada di lepas pantai. Hal yang sama juga
dirasakan manakala negara-negara sedang berkembang berniat untuk melaksanakan
program-program industrialisasi yang menuntut tenaga-tenaga terampil
berkualitas tinggi.
Di
negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, pada umumnya para generasi muda
mendapat kesempatan luas dalam mengembangkan kemampuan dan potensi idenya. Para
mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda, didorong, dirangsang dengan
berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu
ide/gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan
berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
Gagasan
dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara
Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan. Jerih payah dan
ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa
negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang
berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Pembinaan
sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan
cara penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh :Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya
ilmiah dari berbagai cabang disiplin ilmu itu ternyata lebih banyak dari
perkiraan jumlahnya. Yang sangat menggembirakan, dalam usia yang belia itu
mereka telah mampu menghasilkan karya-karya ilmiah yang cukup membuat kagum
para cendikiawan tua.
Pembinaan dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal. Mereka dibina digembleng di laboratorium-laboratorium dan pada kesempatan-kesempatan praktik lapangan.
Kaum muda memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Pengertian Pendidikan dan Perguruan dan Perguruan Tinggi
Pembinaan dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal. Mereka dibina digembleng di laboratorium-laboratorium dan pada kesempatan-kesempatan praktik lapangan.
Kaum muda memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Pengertian Pendidikan dan Perguruan dan Perguruan Tinggi
Arti
penting dari pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber
daya manusia, sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akar
berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi
bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu
(termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya.
Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebab
hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu
keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat
mengembangkan semangat “inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang
terpencar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi
seluruh penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai
satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara
Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan
dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan
tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan
membina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan
mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu
membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu
alternatif pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara
lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk
itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam
yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam
kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya
pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta
landasan koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan
nasional yang tepat arah dan tepat guna.
Alasan Untuk Berkesempatan Mengenyam Pendidikan Tinggi
Alasan Untuk Berkesempatan Mengenyam Pendidikan Tinggi
Pembicaraan
tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan
tinggi menjadi penting , karena berbagai alasan.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua,
sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa
mendapatkan proses sosiaslisasi terpanjang secara berencana dibandingkan dengan
generasi muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai mata pelajaran seperti PMP,
Sejarah, dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan
dapat diketahui.
Ketiga,
mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam
bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya
khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat,
mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan
kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan
sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai
latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan
generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai
pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi
yang lebih baik dibandingkan generasi muda lainnya.
sumber:
http://illaphuw.blogspot.co.id/2010/11/pemuda-dan-sosialisasi.html
https://architecturalknowledge.wordpress.com/2014/01/03/pemuda-dan-sosialisasi/
wah menarik sekali ya artikel mata kuliah ps, ane baru tau deh gan...
BalasHapus