KONSERVASI ARSITEKTUR: Menara Syahbandar, Jakarta
BAB III
GAMBARAN KAWASAN
1.1 Eksisting
Ada 3 ruangan yang ada di dalam menara. Sebuah
ruangan di lantai dasar sebagai pintu masuk ke Menara Syahbandar, sebuah
ruangan di bagian tengah merupakan bangunan kosong dengan lebar kurang lebih
6x7 meter, dan sebuah ruangan lagi di bagian atas sebagai ruang pengamatan yang
dilengkapi dengan empat jendela. Di bagian bawah lantai dasar, terdapat ruangan
yang dulunya digunakan sebagai penjara yaitu ruang tahanan bagi awak kapal yang
melanggar peraturan. Sesuai dengan fungsinya, di sekitar Menara Syahbandar
terdapat tujuh meriam. Tiga diantaranya mengarah ke Pasar Ikan.
Gambar 3.1 Struktur ruang secara
vertikal bangunan Menara Syahbandar
Sumber:
TheCO_ Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
Di
sekitar menara terdapat bangunan lain, yaitu sebuah gedung yang dulunya dipakai
untuk kantor urusan perdagangan, bangunan yang difungsikan sebagai gudang tepat
di depan menara, dan bangunan di samping menara yang dulunya digunakan untuk
urusan pabean yang tingginya 18 meter dengan luas bangunan 10x6 meter.
Gambar 3.2 area dekat pintu masuk area Menara Syahbandar terdapat meriam
kuno yang menghadap kawasan pasar ikan.
Sumber: Pribadi, Maret 2019
Gambar 3.3 Bangunan gudang
berhadapan dengan menara
Sumber:
Pribadi, Maret 2019
Gambar 3.4 Tugu Menara Syahbandar
Sumber: Pribadi, Maret 2019
Selain
peninggalan sejarah, pemandangan di kawasan ini juga sangat indah. Apalagi,
jika berada di bagian atas menara, tepatnya di ruang pengamatan. Setelah
memanjat beberapa anak tangga dan mencapai pos pengamatan, pengunjung akan
mendapatkan suatu pandangan yang indah dari kapal-kapal kayu tradisional di
Sunda Kelapa, dan hamparan laut yang luas. Jika kita pandai menyelai masa
kejayaan Pelabuhan Sunda Kalapa tempo dulu, maka kita pasti akan terbuai betapa
majunya aktivitas perdagangan kala itu.
Gambar
3.5 Pemandangan dari lantai 3 Menara Syahbandar
Daerah
potensial untuk sebuah wadah rekreasi wisata sejarah kota Jakarta, namun sayang
bau amis yang sangat tajam menjadi hal yang sangat mengganggu mengungat
letaknya bersebelahan dengan pasar ikan, kekurangan lain adalah pemandangan di
sekitar menara yang tidak menarik dikarenakan terdapat area sungai yang berwarna hijau pekat membuat
pengunjung tidak betah berada di sekitar kawasan menara.
3.6 Gambar keadaan sungai di
samping Menara Syahbandar
Sumber: Pribadi, Maret 2019
Gambar
kawasan dan bangunan cagar budaya: berisi kondisi eksisting kawasan dan
bangunan berikut ulasan arsitekturaslnya (kategori lingkungan dan bangunan
pemugarannya, Langgam, fasade, elemen arsitektural yang khas, material dan
warna bangunan)
1.2 Langgam
Gambar 3.7 Menara Syahbandar
Sumber: Pribadi, Maret 2019
Kawasan Menara Syahbandar dibangun pada tahun 1839 oleh pemerintah
Belanda, gaya The Empire Style khas Eropa merupakan gaya yang dipakai pada masa
itu untuk menunjukan eksistensinya di derah kekuasaannya (Indonesia) namun
iklim yang berbeda menghasilkan gaya arsitek baru yang dikenal dengan gaya
Hindi belanda.
Gaya arsitektur The Empire Style adalah suatu gaya arsitektur neo-klasik
yang melanda Eropa (terutama Prancis, bukan Belanda) yang diterjemahkan secara
bebas. Di Indonesia gayanya menghasilkan gaya baru yang disebut gaya Hindia
Belanda (Indonesia) artinya bergaya kolonial namun disesuaikan dengan
lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya material pada waktu itu (Akihary
dalam Handinoto, 1996: 132). Ciri-cirinya antara lain: denah yang simetris,
satu lantai dan ditutup dengan atap perisai.
Karakteristik lain dari gaya ini diantaranya: terbuka, terdapat pilar di
serambi depan dan belakang, terdapat serambi tengah yang menuju ke ruang tidur
dan kamar-kamar lain. Ciri khas dari gaya arsitektur ini yaitu adanya barisan
pilar atau kolom (bergaya Yunani) yang menjulang ke atas serta terdapat gevel
dan mahkota di atas serambi depan dan belakang. Serambi belakang seringkali
digunakan sebagai ruang makan dan pada bagian belakangnya dihubungkan dengan
daerah servis (Handinoto, 1996: 132-133).
Gaya ini dapat pula ditemukan pada Bangunan Kawasan Menara Syahbandar,
berikut ulasannya:
1. Atap
Atap pelana merupakan gaya arsitektural yang cocok untuk bangunan
beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga gaya arsitek tropis
pada atap pelana dipakai sebagai struktur atap bangunan kawasan ini.
Gambar 3.8 Atap Menara Syahbandar
Sumber: Pribadi, Maret 2019
Gambar 3.9 Atap Bangunan di depan
Menara Syahbandar
Sumber: Pribadi, Maret 2019
2. Pintu
Elemen lengkung “arch” sangat menonjolkan bangunan
khas Eropa pada saat itu, model lengkung yang sama juga merupakan gaya yunani.
Yang diadopsi ke dalam bangunan ini. Tidak itu saja pada dinding terdapat list
plank yang hadir mengesankan garis-garis tegas dan kokoh yang bergaya Eropa.
Gambar
3.10 Pintu terdapat tiga buah pada Menara Syahbandar
Sumber: Pribadi, Maret 2019
3. Jendela
Jumlah
dan letak jendela yang berirama statis dan adanya tritisan di atas jendela yang
pendek mencerminkan gaya Eropa klasik.
Gambar 3.11 Jendela Menara
Syahbandar
Sumber: Pribadi, Maret 2019
Gambar
3.12 Salah satu Bangunan Bersejarah di Prancis
Sumber: TheCO_ Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
4. Warna
Pada Umumnya warna pada menara syahbandar awalnya
adalah putih namun setelah direnovasi di cat kuning gading, warna jendela dan
dinding bagian atas menggunakan warna terang yaitu hijau dan merah menunjukan
adanya pengaruh kebudayaan Betawi yang kuat dan Cina pada bangunan ini, karena
pada umumnya gaya arsitektur eropa tidak menggunakan warna cerah dan terang.
3.13 Warna terang mendominasi
bangunan
Sumber: Pribadi, Maret 2019
5. Kolom
Kolom kolom bergaya Yunani yang berkesan kokoh juga
terdapat pada Bangunan.
Gambar 3.14 Kolom pada bangunan
depan Menara Syahbandar
Sumber: TheCO_ Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
6. Hard material landscape
Banyaknya Elemen landscape menggunakan gaya Eropa
pada kawasan ini, hal ini mungkin disebabkan karna pada saat itu belum ada
model – model hard material seperti lampu taman yang bergaya selain gaya Eropa.
Gambar 3.15 Elemen Hard material
dalam kawasan
Sumber: TheCO_
Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
BAB IV
USULAN PENANGANAN
PELESTARIAN
Penentuan tindakan pelestarian bangunan Menara
Syahbandar ini diperoleh dari penilaian dengan menggunakan kriteria makna
kultural bangunan kuno. Dari penilaian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut
:
§
Bangunan
ini tergolong dalam tindakan pelestarian preservasi, yaitu pelestarian menitik
beratkan pada pemeliharaan dan perlindungan orisinalitas bentuk bangunan.
Bangunan yang telah dibangun disuatu tempat harus dipertahankan (dilestarikan)
dalam keadaan aslinya tanpa ada perubahan dan mencegah penghancuran.
Gambar 4.1 Bangunan
Lawang Sewu saat melakukan Tindakan Pelestarian Preservasi
Sumber: TheCO_
Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
§ Bangunan kuno tergolong dalam
tindakan pelestarian konservasi, menitik beratkan pada pemeliharaan,
perlindungan dan pemanfaatan fungsi bangunan guna mempertahankan keberadaan bangunan
kuno.
Gambar 4.2 Bangunan Stasiun
Tanjung Priok setelah melakukan tindakan Pelestarian Konservasi
Sumber: http://matabuderfly.blogspot.com/?m=1
v Nama Kegiatan: Berdasarkan
situasi dan kondisi terkini kawasan Menara Syahbandar maka nama kegiatan
tersebut adalah “Pengelolaan Preservasi dan Konservasi Menara
Syahbandar”.
v Lokasi Kegiatan : Lokasi kegiatan
berada di Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta Utara.
v Kondisi Sekarang (Input): Pada
saat ini kondisi bangunan Menara Syahbandar dalam keadaan cukup baik, pada
tahun 2012 Pemerintah Kota Jakarta telah melakukan program Konservasi dilakukan
untuk membenahi seluruh kondisi menara yang tak terawat, termasuk pengecatan
ulang pada dinding menara dan pembenahan tangga yang sudah tampak rapuh.
Tetapi, konservasi ini tidak dapat membenahi kemiringan pada menara.
Gambar 4.3 Menara
Syahbandar sebelum di Konservasi Cat pintunya berwarna Merah
Sumber: TheCO_
Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
Namun konservasi hanya dilakukan pada bangunannya
saja, lingkungan sekitar lokasi masih sangat memprihatinkan. Terdapat kali yang
tersumbat oleh limbah dan tidak mengalir di sekitar lokasi, kali tersebut
sangat merusak pemandangan dan menyebabkan polusi udara karena menimbulkan bau
yang tidak sedap.
§
Kondisi
Yang Diinginkan Pasca Pengelolaan dan Konservasi (Output) : Dengan pengelolaan
dan konservasi yang diusulkan, Sebaiknya Pemerintah Kota mulai melakukan
pembersihan dan pengerukkan kali disekitar lokasi, apabila kali tersebut
dibersihkan maka pemandangan dari dalam lokasi ke luar akan sangat indah dan
akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat bersejarah ini. Akan lebih
baik bila pengunjung dapat berinteraksi dengan kali tersebut sambil menikmati
pemandangan dengan memanfaatkannya sebagai tempat pemancingan dan pembuatan
dermaga kecil .
Gambar 4.4 Contoh Penolahan Tepian dengan
membuat Dermaga-dermaga kecil
Sumber: TheCO_
Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
Selain itu, pada lokasi terlihat kurangnya green
space, dan lebih banyak menggunakan perkerasan. Sebaiknya dibuat taman-taman
kecil dan pengolahan landscape agar suasana terlihat lebih asri dan sejuk
sebagai penghijauan di daerah Jakarta Utara yang berudara sangat panas.
Pengolahan landscape dan peletakkan bangku-bangku taman untuk beristirahat dan
menikmati pemandangan akan menarik minat pengunjung untuk berlama-lama ditempat
ini.
Gambar 4.5 Contoh
Pengolahan Lanscape Sederhana yang di dominasikan Perkerasan
Sumber: Pinterest.com
Gambar 4.6 Contoh
Pengolahan Landscape dan Bangku Taman
Sumber: Pinterest.com
Gambar 4.7 Contoh
Pengolahan Landscape dan Bangku Taman
Sumber: Pinterest.com
§
Selain
itu sebaiknya sering dibuat acara-acara yang meningkatkan minat untuk
mengunjungi tempat-tempat bersejarah dengan melibatkan masyarakat. Contoh yang
kreatif telah nampak pada pameran video mapping 3D di museum Fatahillah Jakarta
beberapa tahun lalu. Video mapping 3D, yakni suatu pertunjukan gambar bergerak,
fotografi, dan desain komputer yang digabungkan menggunakan perangkat lunak dan
keras lalu diproyeksikan ke gedung (Museum Fatahillah) untuk menciptakan imaji
yang mengecoh mata. Video mapping 3D yang baru pertama kali digelar di
Indonesia hasil kolaborasi seniman multimedia asal Inggris D-Fuse dengan sineas
muda Sakti Parantean dan Adi Panuntun, fotografer Feri Latief, dan penulis
Taqarrable. Dengan melibatkan kreativitas seperti itu diharapkan generasi muda
juga ikut membantu menjaga bangunan peninggalan sejarah mereka dengan cara
keratif mereka sendiri.
Gambar 4.8 3D
Mapping Arts, Museum Fatahillah Jakarta
Sumber: Pinterest.com
§
Peluang: Lahan yang telah ada dan dapat
dikembangkan sebagai sarana wisata lingkungan. Hasil pengelolaan yang
diharapkan dapat membiayai operasi dan pemeliharaan lahan. Masyarakat sekitar
yang haus akan hiburan mengenai bangunan bersejarah, wisata dan daerah hijau.
Pemerintah Pusat atau daerah yang diharapkan dapat memberikan sebagaian
anggarannya untuk kegiatan yang positif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Menara
Syahbandar atau yang disebut juga Uitkljk, terletak di Jl. Pasar Ikan No.1,
Jakarta. Disebut sebagai De Uitkijk atau menara peninjau, karena menara ini
memantau seluruh wilayah baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di
sebelah utara maupun ke arah Kota Batavia di sebelah selatannya dan juga karena
Menara Syahbandar (Uitkijk) didirikan menggantikan tiang bendera lama yang
berlokasi di Galangan Kapal VOC. Fungsi dari tiang bendera ini adalah untuk
memberikan tanda-tanda kepada kapal yang akan berlabuh di Sunda Kelapa, tetapi
sekaligus sebagai menara pengawas, baik wilayah laut maupun darat.
Menara
Syahbandar memiliki kisah sejarah yang patut diingat/dilestarikan, maka dari
itu alangkah baiknya jika kawasan Menara Syahbandar ini ditata lebih rapih dan
menarik lagi agar para pengunjung betah dan menikmati sejarah Menara
Syahbandar.
DAFTAR PUSTAKA
Google
Map.com
TheCO_ Konservasi Arsitektur _ Menara
Syahbandar.html
matah
ati.com
Pinterest.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar