KONSERVASI ARSITEKTUR:
Menara Syahbandar, Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Sejarah
“Dari sinilah
kapal yang akan berlabuh diamati dan diberi tanda", demikian tulis Adolf
Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta.
Gambar 1. Menara Syahbandar
Sumber : Pribadi, Maret 2019
Menara Syahbandar
disebut juga Uitkljk, Uitkijk Post
berada di tepi barat muara Ciliwung, tepatnya terletak di Jl. Pasar Ikan No.1,
Jakarta. Menara ini dibangun sekitar tahun 1839.
Menara
ini disebut sebagai De Uitkijk atau
menara peninjau, karena menara ini memantau seluruh wilayah baik ke arah
Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di sebelah utara maupun ke arah Kota
Batavia di sebelah selatannya dan juga karena Menara Syahbandar (Uitkijk)
didirikan menggantikan tiang bendera lama yang berlokasi di Galangan Kapal VOC.
Fungsi dari tiang bendera ini adalah untuk memberikan tanda-tanda kepada kapal
yang akan berlabuh di Sunda Kelapa, tetapi sekaligus sebagai menara pengawas,
baik wilayah laut maupun darat.
Gambar 2. Lokasi Menara Syahbandar
Sumber : Google Map
Gambar 3. Foto Plank
Nama menara Syahbandar
merupakan
bagian dari Museum Bahari
Sumber : Google Map
Bicara soal Menara Syahbandar, maka tak bisa lepas
dari Bastion Culemborg. Bastion atau
kubu pertahanan ini dibangun jauh lebih dulu yaitu tahun 1645 dan merupakan
bagian dari tembok Kota Batavia. Culemborg tak lain nama kota kelahiran
Gubernur Jenderal van Diemen (1593-1645). Di dalam kubu inilah Menara
Syahbandar dibangun. Tembok tebal yang merupakan sebuah bastion itu menyatu
pada tembok pertahanan Kota Batavia tempo dulu. Pada tembok kokoh itu bersandar
dua buah meriam kuno masa lalu. kubu ini menghadap ke arah barat laut Kota
Batavia, merupakan pintu masuk Kota Batavia dari laut (Waterpoort). Pada tahun
1808, kubu ini dihancurkan oleh Gubernur Jenderal Daendels, kemudian di atasnya
didirikan bangunan menara pengawas yang dikenal juga dengan menara Syahbandar
pada tahun 1839.
Gambar
4. Bastion, benteng pertahanan dengan warna kuning pada peta
Sumber: TheCO_ Konservasi Arsitektur _ Menara Syahbandar.html
Sebagai bagian
dari perbentengan Belanda, di sinilah letak pintu masuk lorong bawah tanah yang
menuju ke Stadhuis (sekarang Museum Sejarah Jakarta) dan Benteng Frederik
Hendrik (sekarang Mesjid Istiqlal). Di puncak menara terdapat jendela di empat
sisi, untuk mempermudah pengawasan ke segala penjuru. Pada masanya, Menara
Syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia. Menara Syahbandar
tingginya 40 meter untuk mencapai puncaknya terdapat sebuah tangga khusus. Pada
tahun 1839 didirikan menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini
kemudian direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang
dijadikan Museum Bahari. Sebelum dipugar pernah dijadikan Kantor Komseko
(Komando Sektor Kepolisian) dan pernah pula digunakan sebagai Kantor Museum
Bahari.
Gambar 5.
Menara Syahbandar sebagai menara pemantau pada masa keemasannya
Menara
Syahbandar yang berfungsi sebagai menara pengintai ini juga pernah difungsikan
sebagai stasiun meteorologi. Karena dibangun di atas bangunan lain (sebagian
Bastion Culemborg), pada kondisi tanah rawa yg labil, lama-kelamaan bangunan
bersejarah ini menjadi miring ke arah selatan, sehingga akhirnya dikenal
sebagai Menara Miring. Dahulu, apabila berada di ruang paling atas dan sedang
bertiup angin kencang atau mobil melintas kencang dibawahnya, menara tersebut
akan terasa bergoyang-goyang, sehingga dinamakan juga "Menara
Goyang".
Di dalam
Menara Syahbandar dapat disaksikan sebuah peninggalan masa silam yang unik,
berbentuk lempengan batu bertuliskan huruf Cina, diduga merupakan titik
meridian atau titik pusat Kota Batavia. Huruf Cina tersebut berbunyi: Batas
Titik. Oleh Gubernur Jakarta pada waktu itu Ali Sadikin pada 7 Juli tahun 1977
ditempatkanlah tugu nol kilometer disini hal ini dapat dilihat pada tugu
peresmian yang berada di halaman. Hal ini dapat dilihat dari tulisan P126, yang
merupakan titik meridian (pertemuan garis bujur dan garis lintang) Kota
Jakarta. Selain itu, tugu ini juga didirikan tepat pada ketinggian 0 meter dari
permukaan laut. Hal ini menyatakan bahwa para pedagang Cina di Batavia ikut
berbela-sungkawa atas meninggalnya Kaisar Pu Yi di Cina.
Gambar 6. Titik nol
Sumber: matah ati
Gambar 7.Tugu peresmian oleh
Gubernur Jakarta Ali Sadikin
Sumber:
Pribadi, Maret 2019
Gambar 8. Menara Syahbandar merupakan bangunan tertinggi pada
waktu itu, sehingga sangat tepat dijadikan menara pengawasan.
Sumber:
Pribadi, Maret 2019
Setelah
pelabuhan Tanjung Priok dibangun pada tahun 1886, fungsi menara ini mulai
berkurang. Pada tahun 1926 sampai dengan 1967, menara ini berfungsi sebagai
Kantor Syahbandar Pelabuhan Pasar Ikan. Setelah pelabuhan Sunda Kelapa
diresmikan pada tahun 1967, maka menara ini tidak lagi dijadikan kegiatan
pelabuhan.
Sumber:
Google
Map.com
TheCO_ Konservasi Arsitektur _ Menara
Syahbandar.html
matah
ati.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar