Senin, 02 April 2018

Bangunan Klasik yang ada di Korea Selatan


5 Bangunan Bergaya Klasik Di Jantung Kota Seoul


Hampir di setiap negara terdapat gedung-gedung tua bergaya klasik atau bergaya Renaissance. Gedung-gedung ini mungkin dulunya dibangun ketika pengaruh barat mulai diterima di suatu negara termasuk di Korea Selatan. Gedung-gedung ini tentu saja menjadi aset sejarah dan wisata bagi pemerintah setempat. Di kota Seoul sendiri terdapat beberapa gedung berarsitektur klasik yang bisa menjadi pilihan untuk dikunjungi saat berada di sana mengingat lokasinya pun berada di jantung kota Seoul (city of heart). Berikut 5 Bangunan Klasik yang berada di Kota Seoul.

1. Seoul Metropolitan Library (Seoul City Hall)
(sumber: Wikipedia)

Gedung yang dibangun pada tahun 1926, dulunya dikenal pula sebagai Seoul City Hall yang menjadi balai kota Seoul. Gedung yang menjadi salah satu landmark kota Seoul ini berdiri kokoh di area city hall. Perpustakaan umum yang besar ini tentu saja memiliki fasilitas yang bagus pula. Pengunjung bisa masuk dengan gratis tanpa dipungut biaya karena perpustakaan ini menyediakan pula library tour di mana pengunjung akan diperkenalkan tentang fasilitas yang terdapat di perpustakaan serta bagaimana menggunakannya. Info selengkapnya di sini. Selain buku-buku, di perpustakaan ini masih menyimpan peninggalan-peninggalan dari bangunan lama karena gedung ini telah direnovasi di tahun 2007 hingga tahun 2009. Peninggalan seperti basis baja, batu bata, ubin, cetakan, engsel, pintu, dan jendela juga dipajang di lantai 3. Perpustakaan ini beroperasi setiap hari Selasa – Minggu (Senin tutup) mulai pukul 9 pagi (9 AM) hingga 9 malam (9 PM).
(Ruang – ruang pada Seoul Metropolitan Library
sumber : visitseoul.net)

Di depan gedung City Hall terdapat Seoul Plaza yang merupakan sebuah taman rumput luas berbentuk persegi dan juga sebagai salah satu situs bersejarah karena tempat ini menjadi saksi bisu diadakannya gerakan kemerdekaan di tahun 1919 dan pro demokrasi di bulan juni 1987. Seoul Plaza semakin menarik setelah direnovasi dan diresmikan di tahun 2004. Taman rumputnya yang luas digunakan sebagai sarana relaksasi untuk warga kota. Di sini juga sering diadakan event bertajuk Hi! Seoul Festival. Di musim panas (summer season) kita dapat melihat Water Fountain yang nampak seperti trotoar dan akan menyemburkan air yang sangat tinggi dari lubang lantai ketika kita berjalan di atasnya.


(Sumber : visitseoul.net)

Di musim dingin (winter season), area taman rumput di City Hall akan tertutupi oleh salju dan akhirnya digunakanlah tempat itu sebagai area bermain ice skating yang murah meriah. Cukup membayar 1000 won (sekitar Rp. 10.000,- an) dan kita bisa bermain ice skating lengkap dengan peralatannya selama sejam.

(Sumber : KTO)

2. National Museum of Art, Deoksugung Palace
(sumber: Google)

Berdasarkan catatan sejarah, museum yang didirikan pada tahun 1969, menyimpan benda-benda seni yang ada di dalamnya di sebuah ruang pameran yang kecil di Gyeongbokgung Palace. Lalu di tahun 1973, benda-benda seni itupun dipindahkan ke Seokjojeon Hall yang terletak di sayap timur dan barat dari Deoksugung Palace. Museum ini terdiri dari 3 lantai dan memiliki 4 ruang pameran, toko seni, dan area relaksasi. Kita dapat melihat karya-karya klasik dari seni modern dan kontemporer.
Sebagaimana diketahui bahwa Deoksugung Palace adalah istana yang beberapa bangunannya merupakan perpaduan dari arsitektur tradisional Korea dan barat. Demikian pula Seokjojeon Hall, yang memadukan struktur kayu dan batu dari tradisi Korea dan barat baik dari segi interior maupun eksterior. Di luar museum terdapat taman yang indah dengan kolam air mancurnya dan sering dikunjungi oleh banyak orang untuk bersantai.
(sumber : visitseoul.net)
Museum ini beroperasi setiap hari Selasa – Kamis mulai pukul 9 pagi (9 AM) sampai pukul 6 sore (6 PM) dan Jum’at – Minggu mulai pukul 9 pagi (9 AM) sampai pukul 8.30 malam (8.30 PM), dan tutup setiap hari Senin. Dikenakan biaya masuk sebesar 1.000 won untuk dewasa (19 – 64 tahun) dan 500 won untuk anak dan remaja (7 – 18 tahun).


3. Culture Station Seoul 284 (Old Seoul Station)

 
(sumber : visitseoul.net)

Berdasarkan catatan sejarah, stasiun ini dibangun mulai Juni 1922 sampai September 1925 dan dirancang oleh Tsukamoto Yasushi, seorang professor dari Tokyo University. Stasiun ini awalnya bernama stasiun kereta api Namdaemun. Namun setelah masa kemerdekaan Korea Selatan dari Jepang, namanya pun diubah menjadi stasiun kereta Seoul dan menjadi stasiun pusat kota Seoul selama 80 tahun. Namun di tahun 2004, Seoul mulai menggunakan KTX dan membangun stasiun yang sesuai. Di tahun 2011, stasiun tua ini direnovasi dan dibangun lagi sebagai pusat multikultural. Namanya pun berganti menjadi Culture Stasion Seoul 284 melalui sebuah kontes penamaan.
Di lantai 1 kita dapat melihat main hall, lobi, kubah, beserta 12 pilar batunya. Pada langit-langit stasiun, ada kaca patri yang bergambar tarian tradisional Korea, “Kang Kang Su Won Le”. Juga ruang tunggu VIP kini digunakan sebagai ruang pameran.

(sumber : visitseoul.net)

Di lantai 2 terdapat ruang pameran dan juga merupakan ruang yang paling indah selain Main Hall (lantai 1).  Ada ruang pameran, sebuah restoran besar, dan sebuah restoran kecil di antara restoran besar dan ruang kantor.

(sumber : visitseoul.net)

Tempat ini beroperasi setiap hari Selasa – Minggu (Senin tutup) mulai pukul 10 pagi (10 AM) sampai pukul 7 malam (7 PM).

4. Appenzzeller Noble Memorial Museum

Berdasarkan catatan sejarah, Institut Pai Chai merupakan lembaga pendidikan Korea pertama yang bergaya barat modern dan didirikan pada tahun 1885 oleh seorang misionaris berkebangsaan Amerika, Henry Appenzeller.  Pai Chai sendiri dinamakan oleh Kaisar Go Jong setahun kemudian (1886) yang berarti “mengelola orang-orang yang berbakat”. Beberapa alumninya yang terkenal dan telah memberikan perubahan besar pada sejarah modern Korea , seperti Presiden pertama Korea Syngman Rhee (1875-1965), Sarjana Korea Si-Gyeong Ju (1876-1914), dan penyair Kim So-wol (1902-1934). Institut ini juga telah memperkuat reputasi mereka di bidang olahraga atletik.

(sumber : visitseoul.net)

Sebuah aula yang terletak di bagian timur dibangun pada tahun 1916 dengan arsitektur modern dan memiliki sejarah yang mendalam. Pada tahun 2008, tempat itu dijadikan sebagai Appenzeller Noble Memorial Museum yang diambil dari nama pendirinya. Dan beginilah suasana di dalam museum ini :



(sumber : visitseoul.net)

Museum ini beroperasi setiap hari Selasa – Minggu (Senin tutup) mulai pukul 10 pagi (10 AM) sampai pukul 5 sore (5 PM) dan tidak dikenakan biaya untuk memasuki museum ini (gratis).

5. Son Kee Chung Memorial Hall

(sumber : visitseoul.net)

Son Kee Chung Memorial Hall dibuka pada tanggal 14 Oktober 2012 dalam rangka memperingati 100 tahun kematian Son Kee Chung (손기정), seorang atlit marathon yang saat itu terdaftar sebagai atlet Jepang namun keberhasilannya dalam meraih medali emas di olimpiade Berlin di tahun 1936 dihargai dan dipuji oleh warga Korea saat itu. Ruang memorial menceritakan kisah Son Kee Chung melalui video animasi dan game tentang bagaimana Son Kee Chung memenangkan satu medali emas yang paling terhormat Olimpiade Berlin 1936.
(sumber : visitseoul.net)

Museum ini beroperasi setiap hari Senin – Sabtu (Minggu tutup) mulai pukul 10 pagi (10 AM) sampai pukul 6 sore (6 PM). Untuk menuju ke tempat ini cukup dengan menggunakan subway menuju ke Seoul Station (Line 1 or 4, Exit 1) dan berjalan sekitar 800m. Atau menuju ke Chungjeongno Station (Line 2 or 5, Exit 5) dan berjalan sekitar 500m.
Demikianlah bahasan tentang bangunan bergaya klasik yang terletak di jantung kota Seoul tepatnya di area City Hall dan Seoul Station, sebagaimana yang pernah kubaca di sebuah buku panduan wisata Korea jika area itu dijuluki sebagai city of heart-nya kota Seoul. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa bangunan-bangunan seperti itu masih terdapat pula di area lainnya di kota Seoul.


Sumber:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar