Minggu, 22 Mei 2016

Resensi Film "Facing the Giants"

Facing the Giants


Facing the Giants adalah sebuah film drama Kristen dari Amerika Serikat tahun 2006. Alex Kendrick adalah sutradara dan sekaligus pemeran utama. Pemeran pendukung meliputi para sukarelawan dari Sherwood Baptist Church, dan film ini adalah film kedua yang diproduksi oleh Sherwood Pictures. Syuting film dilakukan di Albany, Georgia. Film ini mengisahkan petualangan tim sepak bola Amerika pada suatu sekolah menengah atas dari sudut pandang orang Kristen. Film ini dirilis dalam bentuk DVD pada awal tahun 2007 dan ditayangkan pertama kalinya di televisi pada tanggal 21 September 2008 pada Trinity Broadcasting Network.
Film ini menceritakan kehidupan seorang pelatih american football di sebuah SMU kristiani (Shiloh eagles) bernama Grant Taylor (Alex Kendrick). Selama 6 tahun kepelatihannya, sekolah ini belum pernah memenangi sebuah musim kompetisi. Bahkan dalam beberapa pertandingan terakhir selalu berakhir dengan kekalahan. Hal ini menyebabkan pihak sekolah mulai meragukan kemampuannya melatih dan ingin menggantikan posisinya dengan orang lain. Selain itu, dia ia mengalami berbagai masalah dalam hidupnya, mulai dari mobil yang sering mogok, gaji yang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, dia divonis susah memiliki anak oleh dokter, dan tentunya karir kepelatihannya yang terancam berakhir.
Di tengah kebingungan dan ketakutannya menghadapi masalah-masalah nya itu, dia datang kepada Tuhan. Dia menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Selain itu dia mengubah semua filosofi tim nya termasuk filosofi hidupnya, yaitu apa yang dilakukan tidak lagi berfokus pada dirinya sendiri, melainkan 100% berfokus pada Tuhan, dalam segala hal, dengan apa yang dapat dilakukan, dengan apa yang dimiliki. Perjalanan spiritual yang terjadi dalam dirinya dan keberanian untuk percaya dengan Tuhan membuatnya mampu membuat semangat baru di tim nya.


Singkat cerita, berkat visi dan misi serta semangat baru, tim football yang dipimpin Grant berhasil bangkit di kompetisi dan meraih kemenangan beruntun. Timnya bahkan di luar dugaan mampu menembus babak play-off , walaupun pada pertandingan pamungkas tersebut harus menelan kekalahan pahit dari tim lawan. Ajaibnya, di tengah rasa kecewa yang mendalam akibat kekalahan di babak play-off, Tim football yang dipimpin Grant tetap bisa mempertahankan mental mereka. Sebagaimana semboyan mereka, “God, If we win we’ll praise you, if we lose, we’ll praise you”. Ternyata, keajaiban dari Tuhan terjadi, tim lawan mereka di babak play-off didiskualifikasi karena memasang pemain di luar ketentuan umur yang diijinkan. Tim football pimpinan Grant akhirnya diberikan dinyatakan menang dan berhak masuk ke final tingkat Negara bagian melawan tim Giant. Pada pertandingan melawan tim Giant, Tim football pimpinan Grant ternyata menghadapi lawan yang sangat sulit.

Tim Giant merupakan juara bertahan tiga tahun berturut turut dengan jumlah anggota tim yang 3 kali lipat lebih banyak dan kuat. Pada saat itu, mental dan keyakinan tim benar benar diuji. Berbekal keyakinan untuk memberikan yang terbaik, mereka akhirnya dapat bangkit mengejar ketertinggalan skor dalam pertandingan. Perlahan tapi pasti mereka berhasil mendekati perolehan skor tim lawan. Sampai akhirnya, pertandingan harus ditentukan pada tendangan seorang david yang merupakan penendang cadangan dan tidak berpengalaman di detik-detik terakhir pertandingan. Keajaiban kembali datang, berbekal keyakinan untuk melakukan hal yang di luar kemampuannya, David ternyata berhasil menendang bola melewati gawang dan mencetak skor kemenangan untuk timnya. Akhirnya, untuk pertama kalinya dalam satu dekade, tim football SMA Siloh berhasil memenangkan kejuaraan. Film ini berakhir bahagia, dimana selain berhasil membawa timnya juara, Grant juga mendapatkan berkah dari Tuhan yaitu kehamilan istrinya. Selain itu, ia juga memperoleh kenaikan gaji dan perlahan tapi pasti keluarga mereka dapat memperoleh kesejahteraan yang lebih baik.

Film ini sangat cocok ditonton oleh seluruh anggota keluarga, dimana banyak sekali pelajaran berharga tentang Perjuangan hidup, Kebangkitan setelah mengalami kegagalan dan keterpurukan, Keberanian untk melakukan sesuatu di luar zona nyaman, dan Keyakinan atas kemampuan diri sendiri serta kebesaran Tuhan yang mampu melakukan apa saja.Melalui film ini kita juga dapat belajar bahwa dalam hidup ini, kita harus yakin bahwa kita bisa melakukan sesuatu jauh lebih baik daripada apa yang sudah kita lakukan saat ini. Kita harus yakin bahwa Tuhan sudah memberikan kita kemampuan untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Kita juga harus yakin dan berani untuk melangkah keluar dari zona nyaman kita dan melakukan hal-hal yang kita inginkan. Terakhir, pelajaran terpenting dari film ini adalah bagaimana kita sebagai hamba Tuhan harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik untuk kita setelah kita mengerahkan seluruh kemampuan kita atau yang biasa kita sebut dengan tawakal. Setelah melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, maka biarkanlah kuasa Tuhan mewujudkan hal tersebut. Seperti kata pepatah, “Let us do our best, and God do the rest”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar