Kritik Arsitektur Deskriptif : Arsitektur Kontemporer
Konsep Arsitektur Kontemporer dalam
Arsitektur Museum Tsunami Aceh
oleh:
Irna Yulyanda Putri
Abstrak
Arsitektur
kontemporer merupakan suatu bentuk karya arsitektur yang sedang terjadi di masa
sekarang. Dalam buku Indonesian Architecture Now , karya Imelda Akmal,
digambarkan karya-karya arsitektur yang kontemporer yang terdapat di Indonesia.
Karya ini dibangun dalam satu dasawarsa terakhir dan cukup menggambarkan trend
arsitektur dalam negeri. Trend yang berkembang dalam satu dasawarsa terakhir
didominasi oleh pengaruh langgam Arsitektur modern yang memiliki kesamaan
ekspresi dengan karya arsitektur modern dari belahan dunia barat di dekade
60-an. Karya-karya arsitektur kontemporer Indonesia memiliki kesamaan dengan
karya Mies van de Rohe, Wassily karya Marcel Breuer atau kursi B306
chaise-lounge karya Le Corbusier dan lounge chair karya Charles Eames.
Dengan
menggunakan metode kajian pustaka dan pengumpulan data, kita akan melihat
konsep Arsitektur
kontemporer yang ada pada Museum Stunami Aceh dimulai dari Bentuk
Bangunan, Gubahan ekspresif
dan dinamis, Konsep
ruang, Harmonisasi
ruang luar dan ruang dalam, fasad, dan lain sebagainya.
Kata
Kunci: Arsitektur Kontemporer, Museum Stunami Aceh
BAB 1 Pendahuluan
Arsitektur
ini berkembang sekitar awal 1920-an yang dimotori oleh sekumpulan arsitek
Bauhaus School of Design, Jerman yang merupakan respon terhadap kemajuan
teknologi dan berubahnya keadan sosial masyarakat akibat perang dunia. Gaya
kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah arsitektur modern
(Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden).
Istilah
kontemporer sama artinya dengan modern yang kekinian, tapi dalam desain kerap
dibedakan. Kontemporer menandai sebuah disain yang lebih maju, variatif,
fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material,
pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang
lebih baru. Arsitektur ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan
fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang simple dan warna-warna
netral dengan tampilan yang bersih. Dalam desainnya banyak diterapkan
penggunaan bahan-bahan natural dengan kualitas tinggi seperti sutera, marmer
dan kayu. Untuk desain interiornya, misalnya lantai, ditampilkan dengan kesan
ringan melaui penggunaan keramik putih, lantai batu atau kayu atau penggunaan
karpet berwarna lembut dan simple. Pengolahan dinding dengan warna-warna netral
(krem, putih bersih dan abu-abu) atau diolah unfinished dengan media semen
plester atau bata ekspos. Untuk penutup jendela banyak ditemui penutup dari
jenis blinds atau tirai yang simple. Furniture pun tampil dengan bentuk
fungsional dan praktis dengan banyak mengeksplorasi dari kayu, kaca, kulit,
krom, stainless steel dan besi.
Gaya Kontemporer
adalah istilah yang bebas dipakai untuk sejumlah gaya yang berkembang antara
tahun 1940-1980an. Gaya kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah
arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden).
Walaupun istilah kontemporer sama artinya dengan modern atau sesuatu yang up to
date, tapi dalam disain kerap dibedakan. Istilah ini digunakan untuk menandai
sebuah disain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara
bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi
yang dipakai. Desain yang Kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya
lama yang diberi label kontemporer akan menghasilkan bentuk disain yang lebih
segar dan berbeda dari kebiasaan. Misalnya, modern kontemporer, klasisk
kontemporer atau etnik kontemporer. Semua menyajikan gaya kombinasi dengan
kesan kekinian. Disain-disain arsitektur cabang dari modern yang lebih komplek
dan inovatif biasa juga disebut sebagai disain yang kontemporer. Misalnya, dekonstruksi,
post modern, atau modern high tech. Disain Mal eX di Jakarta, misalnya,
menampilkan gaya arsitektur Dekonstruksi dan termasuk juga ke dalam gaya
kontemporer. Disainnya berupa ; deretan yang berbentuk kubus yang diacak tak teratur; diberi
warna berbeda sehingga terlihat atraktif; bentuk jendela tak beraturan di
permukaan kubus.
Arsitektur
kontemporer menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, atraktif, dan sangat
komplek. Pewrmainan warna dan bentuk menjadi modal memciptalkan daya tarik
bangunan. Selain itu permainan tekstur sangat dibutuhkan. Tekstur dapat
diciptakan dengan sengaja. Misalnya, akar rotan yang dijalin berbentuk
bidangbertekstur seperti benang kusut. Bisa juga dengan memilih material alami
yang bertekstur khas, seperti kayu. Untuk menciptakan gaya kontemporer, tak
harus dengan material baru. Jenis material bangunan boleh sama , tapi dengan
disain yang baru.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan pada kajian ini adalah metode pengumpulan data dan
metode kritik arsitektur deskriptif. Pengumpulan data dilakukan untuk
melengkapi kajian pustaka yang ada meliputi data tentang Arsitektur
Kontenporer.
Untuk metode kritik arsitektur deskriptif dibanding metode kritik lain
metode kritik deskriptif tampak lebih nyata (faktual), deskriptif mencatat
fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota, lebih bertujuan
pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan
proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan, lebih
dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur
bentuk yang ditampilkannya, tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to
interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa
adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
BAB 2 Kajian Pustaka
§ Sejarah Arsitektur Kontemporer
Arsitektur
kontemporer tidak muncul secara tiba-tiba, gaya arsitektur ini didasari oleh
semangat perubahan yang berakar dari revolusi Industri di Inggris. Revolusi
Industri mengakibatkan munculnya tipologi bangunan baru yang sebelumnya belum
pernah ada, seperti tipologi pabrik, gudang, dan sebagainya. Revolusi industri
juga mengakibatkan adanya material dan teknik baru dalam arsitektur. Arsitektur
kontemporer muncul karena kebutuhan akan gaya baru pada masa tersebut kemudian
terus berkembang ke era art dan craft, yaitu situasi masyarakat mulai jenuh
dengan fabrikasi dan melakukan gerakan sosial craftmanship. Arsitektur
kontemporer berlanjut ke era perkembangan seni, seperti kubisme, futurisme, dan
neoplastisisme. Arsitektur kontemporer semakin lama semakin berkembang sesuai
dengan keadaan dunia yang tidak ingin terpaku pada aturan-aturan klasik lagi.
§
Pengertian Arsitektur
Kontemporer
Arsitektur
kontemporer merupakan suatu bentuk karya arsitektur yang sedang terjadi di masa
sekarang. Dalam buku Indonesian Architecture Now , karya Imelda Akmal,
digambarkan karya-karya arsitektur yang kontemporer yang terdapat di Indonesia.
Karya ini dibangun dalam satu dasawarsa terakhir dan cukup menggambarkan trend
arsitektur dalam negeri. Trend yang berkembang dalam satu dasawarsa terakhir
didominasi oleh pengaruh langgam Arsitektur modern yang memiliki kesamaan
ekspresi dengan karya arsitektur modern dari belahan dunia barat di dekade
60-an. Karya-karya arsitektur kontemporer Indonesia memiliki kesamaan dengan
karya Mies van de Rohe, Wassily karya Marcel Breuer atau kursi B306
chaise-lounge karya Le Corbusier dan lounge chair karya Charles Eames.
Arsitektur kontemporer telah diakui sebagai salah satu pendekatan dalam
merancang secara internasional sehingga banyak ahli yang mengemukakan pendapat
mengenai definisi dari arsitektur kontemporer, di antaranya sebagai berikut;
1.
Konnemann, World of Contemporary Architecture XX
“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan untuk
mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan teknologi
dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur, berusaha
menciptakan suatu keadaan yang nyata-terpisah dari suatu komunitas yang tidak
seragam.”
2.
Y. Sumalyo,
Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX (1996) “Kontemporer adalah
bentuk-bentuk aliran arsitektur yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu
aliran arsitektur atau sebaliknya berbagai arsitektur tercakup di dalamnya”
3.
L. Hilberseimer, Comtemporary Architects 2 (1964)
“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya yang
mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu yang
berbeda, dan merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa
aliran arsitektur. Arsitektur
kontemporer AR 2211 | Teori Desain Arsitektur 2 mulai muncul sejak tahun 1789
namun baru berkembang pada abad 20 dan 21 setelah perang dunia.”
§ Perkembangan Arsitektur Kontemporer
Schimbeck menyatakan bahwa arsitektur kontemporer
berkembang dari pemikiran bahwa arsitektur harus mampu memperoleh sasaran dan
pemecahan bagi arsitektur hari esok dan situasi masa kini. Seorang kritikus
arsitektur Charles Jenks pun mulai memperkenalkan suatu metode perancangan untuk
mengembangkan arsitektur yang dinamakan dengan arsitektur ‘bersandi ganda’
(double coded), teori inilah yang menjadi cikal bakal arsitektur kontemporer,
dimana gagasan ini bergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi periode
tertentu.
Di
Indonesia arsitektur kontemporer, yang ditolak ukur dalam satu dasawarsa terakhir memiliki
dominiasi oleh pengaruh langgam arsitektur modern. Secara garis besar
arsitektur kontemporer memiliki aspek kekinian yang tidak terikat oleh beberapa
konsep konvensional. Menurut Gunawan, E. indikasi sebauh arsitektur disebut
sebagai arsitektur kontemporer meliputi 4 aspek, yaitu:
1.
Ekspresi
bangunan bersifat subjektif,
2.
Kontras
dengan lingkungan sekitar,
3.
Bentuk
simple dan sederhana namun berkesan kuat,
4.
Memiliki image, kesan, gambaran, serta
penghayatan yang kuat
§ Ciri dan Prinsip Arsitektur Kontemporer
Berikut
prinsip Arsitektur Kontemporer menurut Ogin Schirmbeck :
1. Bangunan yang kokoh
2.
Gubahan
yang ekspresif dan dinamis
3.
Konsep
ruang terkesan terbuka
4.
Harmonisasi
ruangan yang menyatu dengan ruang luar,
5.
memiliki
fasad transparan
6.
Kenyamanan
Hakiki
7.
Eksplorasi
elemen lansekap area yang berstruktur.
§ Strategi Pencapaian Arsitektur Kontemporer
No.
|
Prinsip
Arsitektur Kontemporer
|
Strategi
Pencapaian
|
1.
|
Gubahan
yang ekspresif dan dinamis
|
Gubahan
massa tidak berbentuk formal (kotak) tetapi dapat memadukan beberapa bentuk
dasar sehingga memberikan kesan ekspresif dan dinamis
|
2.
|
Konsep
ruang terkesan terbuka
|
Penggunaan
dinding dari kaca, antara ruang dan koridor (dalam bangunan) dan optimalisasi
bukaan sehingga memberikan kesan bangunan terbuka dan tidak masiv
|
3.
|
Harmonisasi
Ruang Luar dan dalam
|
Penerapan
courtyard sehingga memberikan suasana
ruang terbuka di dalam bangunan Pemisahan ruang luar dengan ruang dalam
dengan menggunakan perbedaan pola lantai atau bahan lantai.
|
4.
|
Memiliki
fasad yang transparan
|
Fasad
bangunan menggunakan bahan transparan memberikan kesan terbuka, untuk
optimalisasi cahaya yang masuk ke ruang sekaligus mengundang orang untuk
datang karena memberikan kesan terbuka
|
5.
|
Kenyamanan
Hakiki
|
Kenyamanan
tidak hanya dirasakan oleh beberapa orang saja (mis : orang normal) tetapi
juga dapat dirasakan oleh kaum difabel. Misalnya penggunaan ramp untuk akses
ke antar lantai.
|
6.
|
Eksplorasi
Elemen Lansekap
|
Mempertahankan
vegetasi yang kiranya dapat dipertahankan yang tidak mengganggu sirkulasi
diluar maupun dalam site. Penerapan vegetasi sebagai pembatas antara satu
bangunan dengan bangunan lain. menghadirkan jenis vegetasi yang dapat
memberikan kesan sejuk pada site sehingga semakin menarik perhatian orang
untuk datang.
|
7.
|
Bangunan
yang kokoh
|
Menerapkan
sistem struktur dan konstruksi yang kuat serta material modern sehingga
memberi kesan kekinian
|
BAB 3 Pembahasan
·
Museum Tsunami Aceh
Gambar 3.1 Museum Tsunami Aceh
Sumber:www.google.com
Museum tsunami adalah sebuah museum yang dirancang oleh salah satu arsitek terkenal
Indonesia yaitu Ridwan Kamil. Museum ini merupakan salah satu cara untuk
mengenang kejadian tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004.
Museum Tsunami Aceh diresmikan pada tahun 2009. Bangunan ini menyerupai sebuah
kapal yang memiliki cerobong besar ditengah bangunan dan menggunakan material
kaca yang ditutup oleh secondary skin yang merupakan salah satu ciri khas dari
arsitektur kontemporer.
Berikut ruang-ruang utama yang ada di Museum Tsunami
Aceh:
1. Ruang Renungan
Dalam ruangan ini terdapat sebuah lorong sempit dan
remang sekaligus dapat mendengarkan suara air yang mengalir beserta suara azan.
Pada kiri dan kanan dinding lorong tersebut terdapat air yang mengalir yang di
ibaratkan gemuruh tsunami yang pernah terjadi di masa silam.
Gambar 3.2 Ruang Renungan
Sumber:www.google.com
2. Memorial Hill
Setelah berjalan melewati Lorong Tsunami, pengunjung akan memasuki Ruang
Kenangan (Memorial Hall). Ruangan ini memiliki 26 monitor sebagai lambang dari
kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember 2004. Setiap monitor
menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh
pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide.
Gambar dan foto ini seakan mengingatkan kembali kenangan tsunami yang melanda
Aceh atau disebut space of memory yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat
dipetik hikmah dari kejadian tersebut.
Gambar 3.3 Memorial Hill
Sumber:www.google.com
3. Ruang “The Light of God”
Setelah melewati ruang memorial hill, anda akan
memasuki ruang "The Light of God", yaitu sebuah ruang berbentuk sumur
silinder yang menyorotkan cahaya remang-remang. Pada puncak ruangan terlihat
kaligrafi arab berbentuk tulisan ALLAH. Pada dinding-dinding ruangan ini
dipenuhi tulisan nama-nama korban tsunami yang tewas dalam peristiwa besar
tersebut. Bangunan ini mengandung nilai-nilai Religius yang merupakan cerminan
hubungan manusia dengan sang pencipta / Allah. Ruangan berbentuk silinder
dengan cahaya remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000
nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya.
Gambar 3.4 Ruang “The Light of God”
Sumber:www.google.com
4. Lorong Cerobong
Setelah Sumur Doa, pengunjung akan melewati Lorong
Cerobong (Romp Cerobong) menuju Jembatan Harapan. Lorong ini sengaja didesain
dengan lantai yang bekelok dan tidak rata sebagai bentuk filosofi dari
kebingungan dan keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami pada tahun
2004 silam, kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak saudara
yang hilang, dan kebingungan karena kehilangan harta dan benda, maka filosofi
lorong ini disebut Space of Confuse. Lorong gelap yang membawa pengunjung
menuju cahaya alami melambangkan sebuah harapan bahwa masyarakat Aceh pada saat
itu masih memiki harapan dari adanya bantuan dunia untuk Aceh guna membantu
memulihkan kondisi fisik dan psikologis masyarakat Aceh yang pada saat usai
bencana mengalami trauma dan kehilangan yang besar.
5. Jembatan Harapan
Lorong cerobong membawa pengunjung ke arah Jembatan
Harapan (space of hope). Disebut jembatan harapan karena melalui jembatan ini
pengunjung dapat melihat 54 bendera dari 54 negara yang ikut membantu Aceh pasca
tsunami, jumlah bendera sama denga jumlah batu yang tersusun di pinggiran
kolam. Di setiap bendera dan batu bertuliskan kata „Damai‟ dengan bahasa dari masing-masing negara sebagai refleksi perdamaian Aceh
dari peperangan dan konflik sebelum tsunami terjadi. Dengan adanya bencana
gempa dan tsunami, dunia melihat secara langsung kondisi Aceh, mendukung dan
membantu perdamaian Aceh, serta turut andil dalam membangun (merekontruksi)
Aceh setelah bencana terjadi.
Gambar 3.5 Jembatan Harapan
Sumber:www.google.com
6. Ruang Multimedia
Pada Lantai dua museum, merupakan akses ke ruang-ruang
multimedia seperti ruang audio dan ruang 4 dimensi "tsunami exhibition
room", ruang pre-tsunami, while stunami, dan post-tsunami.
Gambar 3.6 Ruang Multimedia
Sumber:www.google.com
7. Ruang Geologi, Perpustakaan,
Souvenir
Kemudian lantai 3 Museum ini tersedia beberapa
fasilitas-fasilitas seperti ruang geologi, perpustakaan, musalla, dan souvenir.
Pada ruang geologi, anda dapat memperoleh informasi mengenai bencana yaitu
tentang bagaimana gempa dan tsunami terjadi, melalui penjelasan dari beberapa
display dan alat simulasi yang terdapat dalam ruangan tersebut.
8. Ruang Penyelamatan.
Tingkat akhir Gedung Museum Tsunami Aceh, berfungsi
sebagai tempat penyelamatan darurat / Escape building apabila terjadi tsunami
lagi di masa yang akan datang. Tingkat atap ini tidak dibuka untuk umum karena
mengingat konsep keselamatan dan keamanan pengunjung, dan hanya akan dibuka
saat darurat atau saat dibutuhkan saja.
Bangunan Museum Tsunami Aceh akan di kaji melalui 7 prinsip arsitektur
kontemporer menurut Schirmbeck:
Tabel 5. Kajian Museum Tsunami Aceh
No.
|
Prinsip
Kontemporer
|
Kenyataan
|
Gambar
|
1.
|
Bangunan kokoh
|
Bangunan terlihat kokoh
menyerupai bentuk kapal
|
|
2.
|
Gubahan
ekspresif dan
dinamis
|
Gubahan massa berasal dari
bentuk kapal dan tidak kaku (berbentuk oval)
|
|
3.
|
Konsep ruang
terkesan terbuka
|
Pada lantai dasar
merupakan area terbuka dan
dijadikan area komunal sehingga dapat
menyatu dengan ruang luar
|
|
4.
|
Harmonisasi
ruang luar dan
ruang dalam
|
Pada lantai dasar
terdapat jembatan yang
dibawahnya terdapat air, sehingga memberikan kesan sedang berada
dialam terbuka.
|
|
5.
|
Memiliki fasad
yang transparan
|
Museum tsunami
menggunakan fasad
yang terbuat dari kaca yang
kemudian diberi secondary skin
|
|
6.
|
Kenyamanan
Hakiki
|
Pada pintu masuk
menggunakan ramp
sehingga ramah bagi
kaum difabel. Menonjolkan
penggunaan beton
sebagai bahan utama
sehingga memberikan
kesan kejujuran
|
|
7.
|
Eksplorasi
elemen lansekap
|
-
Lansekap
Mengoptimalkan penggunaan
vegetasi.
-
Pada bagian atap
Bangunan menggunakan roof
garden yang dapat dijadikan
area komunal
|
|
BAB 4 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa Museum tsunami Aceh merupakan salah satu cara untuk mengenang kejadian
tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Museum Tsunami Aceh
diresmikan pada tahun 2009. Bangunan ini menyerupai sebuah kapal yang memiliki
cerobong besar ditengah bangunan dan menggunakan material kaca yang ditutup
oleh secondary skin yang merupakan salah satu ciri khas dari arsitektur
kontemporer. Dimana dari bagian Bangunan, Gubahan, Konsep Ruang, Fasad serta
Eksplorasi Lansecap menggunakan Prinsip Arsitektur Kontemporer.
Daftar Pustaka
·
Hilberseimer,
L. (1964). Contemporary architecture: its roots and trends. Chicago:
Chicago, P. Theobald.
·
Sumalyo,
Y. (1997). Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
·
Hilberseimer,
L. (1964). Comtemporary Architects 2 .
·
Schirmbeck,
E. (1988). Gagasan, Bentuk, Dan Arsitektur. Prinsip-Prinsip Perancangan
Dalam.
·
Gunawan,
E. (2011). Reaktualisasi Ragam Art Deco Dalam Arsitektur Kontemporer. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.