Arsitektur
Berkelanjutan “Sustainable Architecture”, Arsitektur Ramah Lingkungan “Green
Architecture”, dan Kota Berwawasan Lingkungan.
1# Arsitektur
Berkelanjutan “Sustainable Architecture”
Arsitektur terus berkembang seiring dengan
perkembangan masyarakat dan budaya. Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang
dilakukan. Baik dalam hal material, cara membangun, maupun bentuk dari bangunan
itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari bangunan tersebut yang dibuat dengan
tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka panjang. Sehingga menjadi
timbul masalah baru yang membawa dampak negatif kepada lingkungan itu sendiri.
Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang
semakin memburuk dan dampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu
ini sudah berkembang menjadi isu global yang biasa kita dengar yaitu global
warming. Bila hal
ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadi
pada bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh
karena itu saat ini kita harus mulai bertindak. Arsitektur berkelanjutan atau
yang biasa dikenal dengan Sustainable
architecture lahir sebagai salah satu aksi yang harus kita lakukan untuk
meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian
dari berbagai pihak. Beberapa diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari
buku James
Steele, Suistainable Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan
saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke
masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila
ditentukan oleh masyarakat terkait. ”
Secara umum, Pengertian dari arsitektur
berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk
mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam
agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya
alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem
pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam
telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti,
bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia,
akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk
diaplikasikan di era modern ini. Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan
adalah:
1. Environmental Sustainability:
a. Ecosystem integrity
b. Carrying capacity
c. Biodiversity
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam
agar bertahan lebih lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan
antarekosistem, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan
lingkungan ekologis manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan
perindustrian. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah
mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi
akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat
dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:
a. Cultural identity
b. Empowerment
c. Accessibility
d. Stability
e. Equity
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan
karakter dari keadaan sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila
pembangunan tersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap
orang yang terlibat dalam pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun
objek, haruslah mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar
tercipta suatu stabilitas sosial sehingga terbentuk budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability:
a. Growth
b. Development
c. Productivity
d. Trickle-down
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi
dan operasinya. Selain itu, dari segi ekonmomi bisa mendatangkan profit juga,
selain menghadirkan benefit seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang
telah disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara
kuantitas dan kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan keuntungan
lainnya untuk individu kelas menengah dan bawah.
Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung
arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi,
efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan
teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.
Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur
berkelanjutan adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin
menurun dengan adanya degradasi kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada
pemanasan global. Semakin banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang
menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan
yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan.
Dorongan untuk lebih banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara
lain dengan mendorong pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan
seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong
lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya
mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa
kontribusi bagi lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang dapat
terjadi.
Sebagai proses perubahan,
pembangunan berkelanjutan harus dapat menggunakan sumber daya alam, investasi,
pengembangan teknologi, serta mampu meningkatkan pencapaian kebutuhan dan
aspirasi manusia. Dengan demikian, arsitektur berkelanjutan diarahkan sebagai
produk sekaligus proses berarsitektur yang erat mempengaruhi kualitas
lingkungan binaan yang bersinergi dengan faktor ekonomi dan sosial, sehingga
menghasilkan karya manusia yang mampu meneladani generasi berarsitektur di masa
mendatang.
Proses keberlanjutan arsitektur
meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai dari proses pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi arsitektur
berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
(greenhouses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya
sisi kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan,
kesehatan, kenyamanan, estetika dan nilai tambah.
Secara normatif, hal ini sudah
terakomodasi dalam peraturan perundangan seperti ketentuan tentang fungsi
bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan dengan aspek
lingkungan dan estetika pada berbagai skala dan cakupan baik ruangan, bangunan,
lingkungan, maupun persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi
keselamatan, kesehatan, kenyamaman dan kemudahan. Dari sisi ini, kesadaran
faktor manusia dikedepankan dibanding faktor lain. Hal ini mengingat paradigma
yang juga sudah berubah dan mengalami perkembangan yang awalnya sebagai
paradigma pertumbuhan ekonomi, kemudian bergeser ke paradigma kesejahteraan. Di
era reformasi dan demokratisasi politik di Indonesia, mulai bergeser ke pola
paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development
paradigm) yang lebih bernuansa pemberdayaan komitmen internasional.
a. Penerapan
arsitektur berkelanjutan diantaranya:
1. Dalam efisiensi penggunaan energi:
a.
Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang
hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
b.
Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air
conditioner).
c.
Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif
lainnya.
d.
Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah
air hujan untuk keperluan domestik.
e. Konsep
efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami merupakan
konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
2. Dalam efisiensi penggunaan lahan:
a.
Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan
bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada
tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien,
kompak dan terpadu.
b.
Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan
berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap), taman
gantung (dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar
tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding
,dan sebagainya.
c.
Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang
pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi
dengan bangunan.
d. Desain
terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas
buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk
mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang
lebih besar.
e. Dalam
perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur
dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak
ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa) dan bagaimana
konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap
desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang
dapat digunakan?
3. Material alam
Penggunaan material alam sangat
direkomendasikan untuk dipakai karena akan lebih bersahabat kepada penggunanya.
Di sinilah terungkapkan bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara material
alam dengan material buatan manusia. Material alam yang merupakan karya Tuhan
tidak meradiasikan panas dan tidak merefleksikan cahaya.
Contoh:
Daun pada pepohonan. Kita akan
merasa sejuk berada di bawahnya. Berbeda dengan tenda ataupun material buatan
manusia lainnya. Kita akan tetap merasa panas dan tidak nyaman.
Aplikasinya dalam berarsitektur,
misalnya penggunaan cobbale stone pada bak kontrol. Selain dapat menyerap air,
cobbale stone ini bisa ditumbuhi rumput. Dan rumput itulah yang membawa ‘ruh’
pada bak kontrol. Sehingga space berubah menjadi place. Space adalah ruang yang
belum punya makna. Place adalah space yang telah memiliki kehidupan di
dalamnya.
Intinya, seorang arsitek
sebaiknya mendesain dengan menggunakan prinsip ekologi dan tidak melulu
menggunakan hardscape.
b. Teori Dasar Sustainable Development atau Pembangunan
Berkelanjutan
Ide
pokok atau teori dasar pembangunan berkelanjutan menurut Emil Salim antara lain
:
1. Proses pembangunan harus
berlangsung secara berlanjut, terus menerus ditopang oleh sumber daya alam, kualitas
lingkungan dan manusia yang berkembang secara berlanjut.
2. Sumber alam baik itu udara,
air dan tanah memiliki ambang batas dalam penggunaannya sehingga berpengaruh
pada kualitas dan kuantitasnya. Hal ini dimaksudkan berkurangnya kemampuan
sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut, sehingga
menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya manusia.
3. Kualitas lingkungan
berhubungan langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan
maka semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup.
4. Pembangunan berkelanjutan
mengandalkan solidaritas transgenerasi yang memungkinkan generasi sekarang
meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kesejahteraan untuk generasi
masa depan.
Sumber:
2# Arsitektur
Ramah Lingkungan “Green Architecture”
Green architecture yang dikenal
sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan adalah praktek
membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh bangunan, mulai dari tapak untuk
desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Green
architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan tentang
ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi
pembangunan berkesinambungan. Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan hijau
dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun
pada kesehatan manusia dan lingkungan alam oleh:
·
Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya
lain
·
Kesehatan penghuni Melindungi dan meningkatkan
produktivitas karyawan
·
Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Konsep bangunan ramah lingkungan
atau green building didorong menjadi tren dunia, bangunan ramah lingkungan ini
mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim
mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah dengan
penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan. Arsitektur ramah
lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia
dan lingkungan alamnya.
Bentuk design bangunan yang baik
dan ramah lingkungan adalah bangunan yang memperhatikan lingkungan sekitarnya
seperti membuat taman di lingkungan rumah dan gedung selain itu kurangi jumlah
penggunaan kaca pada rumah atau bangunan gedung kantor. Untuk
desain interior, menggunakan interior yang ramah lingkungan dan mengurangi
pengunaan listrik yang sangat berlebihan, selain itu gunakan bahan bahan
seperti kayu, dan kurangin penggunaan kaca dan lampu atau interior lainnya yang
menggandung bahan kaca. Sedangkan pada desain eksteriornya, dengan menghindari
penggunaan bahan bangunan yang berbahaya dan diganti dengan yang ramah
lingkungan, dengan memperbanyak taman hijau dan taman yang memang di butuhkan
untuk mengatur keseimbang lingkungan sekitar. Atap-atap bangunan dikembangkan
menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis
tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Pemilihan material yang ramah
lingkungan dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi teknologi dan
penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya menghindari adanya
toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Sebagai
contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan
yang mengandung racun seperti asbeston. Sedangkan dari sisi penggunaan,
pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat
energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan yang
praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu. Dan berikut ini merupakan salah satu
contoh bangunan yang ramah lingkungan :
Contoh Bangunan :
Perpustakaan
UI yang Ramah Lingkungan
Analisa site perpustakaan
Lokasi : Universitas Indonesia
Luas bangunan: 30.000 m2 atau 3Ha
Jumlah lantai : 8 lantai
Proyek ini merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun pada tahun 1986-1987, didanai oleh pemerintah dan industri dengan anggaran sekitar Rp100 miliar, yang dibangun diarea seluas 3 hektar dengan 8 lantai, yang dirancang berdiri di atas lanskap bukit buatan dan terletak di depan Danau Kenanga yang ditumbuhi pepohonan besar berusia 30 tahun akan menambah keindahan bagi perpustakaan tersebut sehingga akan tercipta suasana yang lebih nyaman.
Bangunan perpustakaan yang akan
menjadi iconic atau landmark ini, mempunyai konsep sustanable building yang
ramah lingkungan (eco friendly), bahwa kebutuhan energi menggunakan sumber
energi terbarukan, yakni energi matahari (solar energy), maka nantinya di dalam
gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik dalam bentuk apa pun. Nanti
semua kebutuhan plastik akan diganti dengan kertas atau bahan lain. Bangunan
ini juga didesain bebas asap rokok, hemat listrik, air dan kertas.
Perpustakaan ini mampu menampung
sekitar 10.000 orang pengunjung dalam waktu bersamaan atau sekitar 20.000 orang
perhari. Koleksi buku di dalamnya akan menampung 3-5 juta judul buku. Sistem IT
mutakhir juga akan melengkapi perpustakaan tersebut sehingga memungkinkan
pengunjung leluasa menikmati sumber informasi elektronik seperti e-book,
e-journal dan lain-lain.
Konstruksi
· Model
bangunan menghadirkan bangunan masa depan dengan mengambil sisi danau sebagai
orientasi perancangan. Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan atap
untuk fungsi penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa
skylight.
· Di balik
gundukan rerumputan hijau terdapat 5 bangunan tinggi yang menjulang hingga
beberapa ratus meter berisikan ruangan-ruangan kosong yang disiapkan sebagai
ruang utama perpustakaan UI.
· Di
punggung bukit bangunan di timbun tanah dan ditanami rerumputan yang berguna
sebagai pendingin suhu ruangan yang ada didalamnya, hingga dapat mereduksi
fungsi alat pendingin udara sampai 15 persen.
· Di antara
punggung rerumputan itu terdapat jaringan-jaringan selokan yang di sampingnya
terdapat kaca tebal bening selebar 50 sentimeter. Selokan itu untuk mengalirkan
air hujan ke tanah resapan, sedangkan fungsi kaca sebagai sistem pencahayaan.
· Interior
bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan ruang yang
lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara alam
menjadi maksimal.
· Penggunaan
energi matahari dilakukan melalui solar cell yang dipasang di atap bangunan.
· Guna
memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan juga dilengkapi sistem pengolahan
limbah. Karena itu, air buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram di
punggung bangunan. Dengan diproses terlebih dahulu melalui pengolahan limbah
atau sewage treatment plant (STP).
· Terdiri
delapan lantai, diantaranya:
Ø Lantai
dasar berisi pusat kegiatan dan bisnis mahasiswa yang terdiri toko buku, toko
cenderamata, ruang internet, serta ruang musik dan TV. Ada juga restoran dan
kafe, pusat kebugaran, ruang pertemuan, ruang pameran, dan bank.
Ø Lantai 2
hingga 6 akan dilengkapi fasilitas seperti ruang tamu, ruang pelayanan umum dan
koleksi, ruang baca, ruang teknologi informasi, serta unit pelayanan teknis.
Ø Sedangkan
di lantai 7 terdapat ruang sidang dan ruang diskusi. Gedung perpustakaan juga
dilengkapi plaza dan ruang pertemuan yang menjorok ke danau.
·
Gedung akan menggunakan panel surya sebagai sumber
energinya.
·
Keunikan yang lain, nanti akan terdapat berbagai
huruf aksara dari seluruh dunia yang akan ditulis di kaca gedung sebagai
dinding.
Finishing
Bahan Bangunan
·
Interior menggunakan batu paliman palemo.
·
Eksterior bangunan tersebut menggunakan batu alam
andesit.
Bahan bangunan dari batuan ini
(batu alam andesit untuk eksterior dan batu paliman palemo untuk interior)
bersifat bebas pemeliharaan (maintenance free) dan tidak perlu dicat. Untuk
melengkapi desain ramah lingkungan, sejumlah pohon besar berusia 30 tahunan
berdiameter lebih dari 100 sentimeter sengaja tidak ditebang saat pembangunan
gedung itu. Keindahan menjadi lengkap karena gedung itu mengeksplorasi secara
maksimal keindahan tepi danau yang asri, sejuk, dan, teduh.
Namun pembangunan perpustakaan
yang berada di area 3 hektar ini memakan biaya yang cukup besar. Tetapi
walaupun dari kerugian biaya yang dikeluarkan cukup besar, namun dapat
memberikan dampak atau pengaruh baik yang cukup besar pula pada lingkungan,
karena biaya yang dikeluarkan hanya dalam proses pembangunan saja, tidak untuk
perawatan bangunan setelah selesai, karena dampak atau keuntungan yang
diperoleh sangat banyak, seperti tidak memerlukan lagi pendingin buatan (ac
atau kipas angin) dan cahaya penerangan yang cukup, serta keuntungan-keuntungan
lainnya.
Fakta akibat pemanasan global
mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam
dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau
menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material
bangunan, mulai dari desain building interior, pembangunan, hingga pemeliharaan
bangunan itu ke depan. Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan
penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.
Sumber:
3# Kota
Berwawasan Lingkungan
KONSEP KOTA BERWAWASAN LINGKUNGAN
Pembangunan pada hakikatnya ialah
mengubah keseimbangan baru, yang dianggap lebih baik untuk kehidupan manusia
dan merupakan suatu proses multidimensi yang melibatkan segala sumber daya yang
ada dalam rangka usaha meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat, yang
dilakukan secara berkelanjutan serta berlandaskan kemampuan yang mengacu pada
ilmu pengetahuan dan teknologi, namun tetap memperhatikan permasalahan yang ada
serta sistem pembangunan yang tetap memperhatikan lingkungan hidup termasuk
sumber daya alam yang menjadi sarana untuk mencapai keberhasilan pembangunan
dan jaminan bagi kesejahteraan hidup di masa depan.
Perkembangan suatu kota pada
hakekatnya disebabkan oleh dua variabel determinan, yaitu :
-
Pertama karena adanya pertambahan penduduk baik
secara alamiah maupun migrasi.
-
Kedua karena adanya perubahan dan perkembangan kegiatan
usahanya yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pola sosial ekonomi.
Pembangunan yang berwawasan
lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber
daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan
untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan
dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan
tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
1)
Pengertian Dampak Terhadap Lingkungan
Suatu kegiatan proyek akan mempengaruhi kondisi
lingkungan dan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungannya, dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan proyek ini dapat terjadi pada masa konstruksi maupun
masa operasi proyek dan dapat berupa dampak positif maupun negatif bagi
lingkungannya.
2)
Komponen-Komponen Lingkungan
Diantara komponen-komponen
lingkungan yang penting, adalah
a) Biologi, mencakup sub-komponen:
o Jenis flora fauna darat (vegetasi dan
satwa)
o Jenis flora fauna perairan (plankton
& bentos)
b) Geofisik, mencakup sub-komponen:
o Iklim
o Fisiografi
o Hidrologi
c) Kimia, mencakup sub-komponen:
o Kualitas udara
o Kualitas air
d) Sosial Budaya dan Kemasyarakatan,
dijabarkan:
o Demografi industri dan kependudukan
o Sosial ekonomi
Sosial
budaya
Implementasi pembangunan
berwawasan lingkungan adalah dengan reboisasi, menanam seribu pohon dan gerakan
bersih lingkungan tampaknya mengalami kendala yang berarti. Artinya, tidak
seimbangnya antara yang ditanam dan yang dieksploitasi menjadi salah satu
penyebabnya. Peraturan perudang-udangan pun tidak mampu mencegah kerusakan
lingkungan ini.
Pembangunan yang berwawasan
lingkungan atau pembangunan berkelanjutan memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu
adanya saling keterkaitan beberapa sektor, antara lain lingkungan dan
masyarakat serta kemanfaatan dan pembangunan. Pembangunan akan selalu berkaitan
dan saling berinteraksi dengan lingkungan hidup. Interaksi tersebut dapat
bersifat positif atau negatif. Pengetahuan dan informasi tentang berbagai
interaksi tersebut sangat diperlukan dalam pembangunan berwawasan lingkungan.
Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain
:
·
Menjamin pemerataan dan keadilan.
·
Menghargai keanekaragaman hayati.
·
Menggunakan pendekatan integratif.
·
Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pembangunan berwawasan lingkungan
sangat diperlukan mengingat daya dukung alam ternyata semakin tidak seimbang
dengan laju tuntutan perkembangan pemenuhan kebutuhan hidup. Namun perkembangan
yang dicapai manusia karena majunya derap pembangunan itu membawa dampak
negatif bagi lingkungan yakni rusaknya lingkungan karena pembangunan yang lebih
cenderung berorientasi ekonomis.
Terlaksananya pembangunan
berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Dengan
pembangunan yang terus menerus diharapkan kita tetap mempertahankan aspek-aspek
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan sehingga akan tercipta Ruang Terbuka Hijau
Hijau yang ideal yaitu sekitar 40% dari luas wilayah. Contoh dari pembangunan
berwawasan lingkungan misalnya di Unnes sendiri terdapat salah satu pilar
konservasi yaitu Green Architecture (arsitektur hijau).
Contoh Kota Berwawasan Lingkungan :
Ø BOGOR
Didalam rencana Detail Tata Ruang
(RDTR), umumnya setiap kecamatan telah mempunyai arahan tentang besaran
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan Ketinggian
Maksimum Bangunan. Untuk lebih mengarahkan pembangunan agar tetap berwawasan
lingkungan, maka perlu pengaturan Koefisien Dasar Hijau (KDH). Pengaturan KDH
adalah untuk mengendalikan pembangunan pada lahan private dan arahan ini
dimaksudkan agar kota tetap mencerminkan karakter alamnya (basic landscape
unit).
Didalam pengaturan Koefisien
Dasar Hijau yang bersifat pembangunan privat ini, arahan untuk setiap kecamatan
biasanya dibagi menjadi beberapa jenis peruntukan, yaitu:
§ Kavling
Rumah Tinggal
§ Kawasan
Perumahan
§ Kawasan Perdagangan,
Jasa dan Komersial
§ Kavling
Industri dan Kawasan Industri.
Untuk mencapai pembangunan kota
yang berwawasan lingkungan maka diperlukan rencana pembangunan ruang terbuka
hijau kota yang terpadu dan terintegrasi dengan rencana tata ruang kota yang
ada. Rencana pembangunan RTH didasarkan pada klasifikasi dan jenis RTH kota
yang telah ditetapkan. Disamping itu untuk besaran atau luasan rencana
pembangunan RTH untuk masing-masing jenis RTH perlu di diketahui juga kondisi
eksisting masing-masing jenis RTH yang ada pada saat ini.
Sebagai contoh, kota Bogor saat
ini telah memiliki RTH Kebun Raya dengan luas 72,12 Ha (0,61%), dalam rencana
pembangunan RTH tidak ada penambahan luasan, sehingga untuk Kebun Raya luasan
RTHnya tetap. Demikian pula Hutan Kota yang ada tidak ada penambahan luasan,
tetapi perlu peningkatan kualitas RTHnya. Sedangkan untuk Jalur Hijau Jalan,
saat ini luasan hijaunya 138,30 Ha (1,17%) dalam rencana sampai tahun 2025
ditargetkan menjadi 699,42 Ha (5,90%).
Demikian pula Jalur Hijau SUTT
kondisi saat ini luasan yang ada 14,36 Ha (0,12%) dalam rencana pembangunan RTH
ditargetkan menjadi 249,43 Ha (2,10%). Untuk meningkatkan kualitas visual
maupun ekologi kota maka perlu penambahan luasan RTH Pertamanan Kota Bogor,
yang semula 89,86 Ha (1,29%) menjadi 242,93 Ha (2,05%).
Jalur hijau sungai yang
seharusnya menjadi kawasan lindung saat ini telah banyak diokupasi menjadi
pemukiman dan fungsi bangunan lainnya. Oleh karena itu didalam pembangunan RTH
perlu mengembalikan fungsi jalur hijau sungai sebagai daerah alami untuk
mendukung ekosistem kota. Luasan jalur hijau sungai yang saat ini 181,79 Ha
(1,53%) dalam rencana ditargetkan menjadi 832,46 Ha (7,02%).
Ruang terbuka hijau yang akan
banyak berkurang karena adanya pembangunan kota adalah Kawasan Hijau Kota, yang
saat ini masih berupa tegalan, kebun dan bentuk pertanian kota lainnya.
Kawasan hijau kota sebagian besar
dimiliki oleh masyarakat dan swasta. Perubahan kawasan hijau kota menjadi
kawasan terbangun tetap harus dikendalikan agar target RTH kota tetap dapat
tercapai. Pengendalian RTH kota diatur dalam Peraturan Pemerintah Daerah dengan
menerapkan besaran Koefisien Dasar Hijau (KDH) dalam memperoleh Ijin Membangun
Bangunan (IMB).
Sumber: http://katerinaapricilamait.blogspot.co.id/2015/01/konsep-kota-berwawasan-lingkungan.html?m=1